Bicara yang menguak kalbu bisu
tidak terdengarkan
walau sepicing waktu
sirna bagai titis yang gugur di pasir
diserap hilang dan kontang.
Penyatuan bukan lagi madu manis
yang melunakkan perjalanan
tetapi kita terbelenggu dengan sinis
tajam hipokrasi yang menghiris
dalam kerikil zaman yang menggerigis.
Kita menjadi tunanetra
untuk menjangkau jauh ke ufuk nista
yang bangun malar tidak rontok
pegun dogma telah berdiri
menabiri segala mandiri
dipasung iri.
Akhirnya kita menjadi tunasusila
pabila mengagungkan antoganis
di jalanan pesta liar telah bangun
dari mimpi konspirasi yang anggun
dalam kolong jiwa yang kosong.
Rencah tunawangsa kini mendidih
melimpah dan melecurkan jari-jari pejuang
tangisan bukan lagi senjata ampuh
tetapi menjadi topeng angkuh
di wajah musuh.
Ketika kita merenung kosong ke langit
kita tidak akan tahu rumput-rumput lekit
diinjak kaki-kaki yang perit
si penyalak bukit.
25/1/2011
Selasa, Januari 25, 2011
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
TRAVELOG JAKARTA BANTUNG DISEMBER 2024
Pada 8 haribulan Disember saya telah ke Jakarta. Di Jakarta saya menginap di hotel Dreamtel. Pada petangnya kami ke Thamrin City, ke...
-
Tiba jua di persimpangan ini, Barulah kita tahu besarnya erti budi, Makna jalinan kasih yang abadi, Semarak mesra yang mercup dalam manis bi...
-
Inilah kisah kerjaya mulia, Mendidik mengajar selagi terdaya, Ibarat lilin memberi cahaya, Bukan balasan harta pintanya. Guru itu sanggup be...
-
Bak Air Yang Mengalir Bak air yang mengalir. Tiba jua kiranya di muara waktu, Perpisahan mengimbau makna sebuah rindu, Pada jejak...
5 ulasan:
Izinkan saya majukan sajak ini kepada kenalan saya
asalam.mohon saya guna puisi tuan untuk majlis persaraan pengarah saya
Salam Dr. saya mohon izin untuk menggunakan puisi indah dari Dr. untuk boss saya. Mohon halalkan
Salaam.saya mohon utk membaca puisi tuan di hari persaraan boss fama daerah..cuma tuan saya tukar kps puan.twrima kaseh
Assalamuailaikum Dr
Mohon saya guna puisi Dr ya
dan halalkan
Catat Ulasan