Sabtu, Oktober 02, 2010

Larut


Kemenangan telah larut dan mengalir
orang-orang kecundang terlupa warna piala
yang berdiri hanyalah tubuh-tubuh gersang
bernyawa tanpa wibawa
melangkah tanpa pesona.

Suatu hari anak cucu akan mengorek sejarah
dan mencari kembali artifak lara
di bawah timbunan aksara luka
yang terpahat pada tiang-tiang legenda
dengan nista.

Larut harga sebuah bangsa
akibat pergelutan yang tiada hujungnya
masing-masing mengaku benar
walaupun merekalah yang menanam onar
lalu merebak barah dendam menjangkar.

Aku yang berdiri di tengah larut
bagai mencari mata angin di tengah laut
lemas menanti dek tiada lagi tempat berpaut
hilanglah nama sebuah bangsa yang kalut
dalam sebuah sandiwara boneka dan badut.

Dangau Marhaen,
2/10/2010 12.40 tgh malam.

Tiada ulasan:

TRAVELOG JAKARTA BANTUNG DISEMBER 2024

  Pada 8 haribulan Disember saya telah ke Jakarta.   Di Jakarta saya menginap di hotel Dreamtel.   Pada petangnya kami   ke Thamrin City, ke...